Hi, welcome to my blog. Be enjoy read my notes. After read it, please give respons (join, like, or comment) :)

Rabu, 17 Juni 2015

DDT , Pembunuh Sekaligus Penyelamat

DDT (Dichloro Diphenyl Trichloroethana) merupakan salah satu pestisida sintesis yang sangat terkenal. Kenapa terkenal ? Karena DDT telah mencatat sejarah penting bagi kehidupan dunia, dan bahkan hingga saat ini pengaruhnya masih belum bisa jauh dari kehidupan biologis dunia. DDT merupakan pestisida yang mengundang sejarah kontroversial. Ingin tahu lebih lengkapnya ? Yuk, kita simak.

Ketika berlangsungnya perang Dunia II, terjadi wabah malaria dan tipus besar-besaran yang telah mengakibatkan banyak nyawa meninggal. Diantara banyak nyawa yang hilang adalah para penduduk sipil serta tentara militer. Nah, akibat permasalahan yang sangat serius ini, para ilmuan mulai melakukan berbagai percobaan menciptakan suatu senyawa yang bisa mengendalikan dan menghentikan merabknya wabah malaria dan tipus tersebut. Pada tahun 1873 seorang ilmuan yang bernama Zeidler mensintesis suatu senyawa yang disebut DDT. Akan tetapi, sifat insektisida dari DDT ini baru ditemukan ditahun 1939 oleh Dr. Paul Muller. DDT menjadi sangat populer selama perang dunia II. DDT mampu menanggulangi penyakit malaria, tifus, maupun penyakit lainnya yang ditularkan oleh nyamuk, lalat, dan kutu. DDT telah menjadi malaikat penolong bagi umat manusia saat itu. Betapa tidak, DDT telah mampu menyelamatkan 25 juta jiwa dari ancaman tifus dan malaria (500.000 orang meninggal akibat malaria ditahun 1960 kemudian turun menjadi 1000 orang ditahun 1970). Karena seluruh dunia merasa tertolong oleh DDT, akhirnya ditahun 1948 Paul Muller dianugrahi hadiah Nobe dalam ilmu kedokteran dan fisiologi.

Akan tetapi, sifat malaikat DDT tidak dicap selamanya, karena ditahun 1962 keluarlah Buku yang berjudul "SILENT SPRING" karangan Rachel Carson yang menghebohkan dunia. Dalam Silent Spring, dikatakan bahwa DDT adalah obat yang sesungguhnya sangat mematikan bagi kehidupan bumi. Silent Spring terang-terangan meminta pertanggung jawaban dari semua pihak karena melapskan banyak bahan kimia (DDT) kedalam lingkungan tanpa memahami bahwa DDT sebenarnya dapat merusak ekologi bahkan kesehatan manusia. Dunia pun gaduh atas keluarnya buku ini. Pada tahun 1940-an sebenarnya sudah terlihat banyak populasi burung elang yang hampir punah di AS. Ternyata elang terkontaminasi DDT dari makanannya (ikan yang tercamar DDT). Bukan itu saja, DDT juga menyebabkan cangkang telur elang menjadi amat rapuh sehingga rusak ketika dierami. Muncul juga gejala keracunan akut pada manusia, seperti tremor, sakit kepala, letih, muntah, kerusakan sel-sel hati, sistem syaraf, sistem imunitas, dan reproduksi akibat DDT. DDT bisa membawa penyakit ccacat bagi janin yang dikandung makhluk hidup. Akhirnya AS memutuskan pelarangan penggunaan DDT oleh AS tahun 1972. DDT diumumkan dilarang digunakan untuk pertanian seluruh dunia.


Namun, kenyataanya tak sesimpel itu untuk menangkal efek mematikan dan berbahayanya senyawa yang satu ini. Penghentian DDT kenyataanya masih meninggalkan masalah di abad ke-21 saat ini. DDT adalah senyawa yang presisten (tahan, tak mudah terurai, stabil, tak mudah terdegradasi) dan mampu mengendap dalam tanah sampai kapanpun. Masih banyak sekali residu (sisa-sisa) DDT yang tertinggal di alam dan kini justru masih menghantui kehidupan seluruh makhluk hidup di dunia. Dan saat ini, seluruh makhluk hidup sangat perlu mewaspadai DDT residu ini.


Ya itulah DDT. Antara malaikat penolong dan juga sebagai malaikat maut.

0 komentar:

Posting Komentar

Followers

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

© Notes From A Dreamer, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena